12.30.2011

Adakah Aturan Mengenai Pemilihan Rumah Tinggal dalam Islam?

Home » Qur'an & Answer


30 December 2011 Qur'an & Answer No Comment
Tanya:
Assalamu’alaikum wr. wb.
Saya mohon penjelasan Ustad mengenai pemilihan rumah tinggal. Apakah dalam Islam juga diatur? Akhir-akhir ini banyak dimuat iklan perumahan dengan label Islami?
[Gia Garna Pamugi - via formulir pertanyaan]
Jawab:
Wa’alaikumussalam wr. wb.
Dalam al-Qur’an, “rumah” dilukiskan dengan dua kata, yaitu bayt yang berarti “tempat tinggal di waktu malam” dan sakan atau maskan yang berarti “tempat (merasakan) ketenangan setelah sebelumnya sibuk dan/ atau hati bergejolak”.
Pada prinsipnya, tidak ada perincian dari ajaran agama tentang bagaimana seharusnya memilih rumah atau membangunnya. Namun demikian, ada beberapa isyarat dari al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad saw., serta ungkapan para ulama, tentang bagaimana sebaiknya memilih rumah.
Salah satu yang amat populer dalam memilih rumah adalah ungkapan, “Tetangga sebelum tempat tinggal atau lingkungan sebelum tipe rumah.” Ini maksudnya, sebelum memilih rumah, perhatikanlah dahulu dengan siapa Anda akan bertetangga. Karena, betapapun baik rumah tinggalnya, jika tetangga dan lingkungan Anda buruk, maka ketenangan tidak akan dapat Anda rasakan, padahal rumah harus dapat memberi ketenangan bagi penghuninya.
Salah satu unsur ketenangan adalah adanya ruang-ruang yang dapat menciptakan ketenangan, misalnya ruang untuk shalat. Di sisi lain, salah satu yang sangat dianjurkan Rasul saw. adalah tidur menghadap ke kiblat, dan yang tidak disukainya adalah membuang air kecil atau besar menghadap ke kiblat. Nah, jika demikian, rumah harus ditata dengan mengindahkan petunjuk ini.
Sekali lagi ketenangan itu harus dirasakan oleh seluruh penghuni. Jika di dalam satu keluarga ada anak-anak perempuan dan lelaki, maka agama memerintahkan agar—paling tidak—menjelang remaja, tempat tidur mereka harus dipisahkan. Karena itu, ruang pun harus ditata sedemikian rupa, sehingga orangtua dan anak-anak masing-masing tidak terganggu ketenangannya. Ketenangan tersebut harus pula dirasakan oleh pembantu rumah tangga, sehingga rumah yang baik harus memiliki ruang khusus atau kamar bagi pembantu.
Harus dicatat bahwa ketenangan bukan ditentukan oleh luas dan mewahnya rumah. Bahkan boleh jadi kemewahan dapat melahirkan kegelisahan. Rumah yang dihuni Rasul saw. sangat sederhana. Beliau tinggal bersama keluarganya beserta istri-istrinya, dalam sebuah pondok yang beratap jerami. Tiap-tiap kamar bagi setiap istri beliau dipisah dengan batang-batang pohon palma yang direkat dengan lumpur. Rumah tersebut dibangun berdampingan dengan masjid, agar memudahkan para penghuninya untuk ke masjid dan mendengar panggilan shalat. (Kini lokasi rumah Nabi saw. tersebut telah menyatu dengan Masjid Nabawi setelah perluasannya).
[M. Quraish Shihab, Dewan Pakar Pusat Studi al-Qur'an]

Tidak ada komentar: