5.16.2012


PENGERTIAN, KEDUDUKAN, DAN SYARAT-SYARAT UMUM EVALUASI
a.      Pengertian Penilaian
Pengukuran/penilaian adalah suatu upaya untuk mengetahui berapa banyak hal-­hal telah dimiliki oleh siswa dari hal-hal yang telah diajarkan oleh guru. Pengertian ini menunjukkan bahwa pengukuran bersifat kuantitatif. Pengukuran bermaksud menentukan luas, dimensi, banyaknya derajat atau kesanggupan suatu hal atau benda. Tugas pengukuran berhenti pada mengetahui "berapa banyak pengetahuan yang telah dimiliki siswa", tanpa memperhatikan arti dan penafsiran mengenai banyaknya pengetahuan yang dimiliki itu. Apabila hasil pengukuran itu ditafsirkan

b.      Kedudukan Evaluasi dalam Proses Pendidikan
Penilaian meliputi semua aspek batas belajar. Menurut Schwartz dan kawan-kawannya, penilaian adalah suatu program untuk mem­berikan pendapat dan penentuan arti atau faedah suatu pengalaman. Yang dimaksud dengan pengalaman adalah pengalaman yang diper­oleh berkat proses pendidikan. Pengalaman tersebut tampak pada perubahan tingkah laku atau pola kepribadian siswa. Jadi pengalaman yang diperoleh siswa adalah pengalaman sebagai hasil belajar siswa di sekolah. Dalam hal ini, penilaian adalah suatu upaya untuk memeriksa sejauh mana siswa telah mengalami kemajuan belajar atau telah men­capai tujuan belajar dan pembelajaran.

c.      Syarat-syarat Umum Evaluasi
Penilaian yang akan dilaksanakan harus memenuhi persyaratan atau kriteria sebagai berikut  (1). Memiliki validitas, (2). Mempunyai reliabilitas, (3). Objektivitas, (4). Efisiensi, dan (5). Kegunaan/ Kepraktisan.
Validitas. Artinya penilaian harus benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Misalnya, barometer adalah alat pengukur tekanan udara dan tidak tepat bila digunakan untuk mengukur temperatur udara. Demikian pula suatu tes memiliki suatu validitas bila tes itu benar-benar mengukur hal yang hendak di tes.
Sebuah tes inteligensi, validitasnya dapat diperkirakan dengan kriteria lain, yakni dengan ukuran yang diprakirakan oleh guru. Misal­nya seorang guru telah lama bergaul dengan siswa tertentu. Dia dapat melihat kapasitas siswa itu berada di bawah pengawasannya. Apabila antara hasil tes dengan pendapat guru tak seberapa berbeda (kore­lasinya tinggi), maka dapat dinyatakan bahwa tes itu mempunyai validi­tas yang tinggi.
Kriteria lain yang dapat digunakan untuk mengukur validitas tes itu ialah membandingkannya dengan hasil yang telah diperoleh oleh seorang ahli lain. Jadi validitas suatu tes menunjukkan ukuran/tingkat di mana tes itu dapat dipergunakan untuk mengukur suatu tujuan objek tertentu.
Reliabilitas. Suatu alat evaluasi memiliki reliabilitas, bila me­nunjukkan ketetapan hasilnya. Dengan kata lain, orang yang akan dites itu akan mendapat skor yang sama bila dia dites kembali dengan alat uji yang sama.
Reliabilitas suatu tes biasanya dinyatakan dengan koefisien kore­lasi. Suatu alat evaluasi yang tinggi bila reliabilitasnya menunjukkan koefisien korelasi 1.00, sedangkan tes yang reliabilitasnya rendah mempunyai koefisien korelasi 0.00.
Untuk mengetahui besar kecilnya reliabilitas suatu tes dapat di­tempuh berbagai cara, yakni dengan cara mengulangi kembali tes itu (test-retest), atau dengan cara comparable forms atau split halves method. Pendek kata, semua alat evaluasi yang digunakan oleh guru harus cukup reliabel sekalipun tidak begitu tinggi.
Objektivitas. Suatu alat evaluasi harus benar-benar mengukur apa yang diukur, tanpa adanya interpretasi yang tidak ada hubungan­nya dengan alat evaluasi itu. Guru harus menilai siswa dengan kriteria yang sama bagi setiap pekerjaan tanpa membeda-bedakan si A atau si B dan seterusnya.
Selain dari itu, interpretasi siswa terhadap instruksi dalam alat evaluasi harus sama, instruksinya harus jelas dan tegas, tidak me­nimbulkan interpretasi yang berbeda-beda.
Objektivitas dalam penilaian sering diperlukan dalam mengguna­kan : questioner, essay test, observation, rating scale, check list dan alat-alat lainnya.
Sering terjadi suatu alat evaluasi yang dibuat oleh seorang guru menimbulkan berbagai interpretasi, sehingga hasilnya sangat berbeda­-beda, karena setiap siswa mempunyai interpretasinya masing-masing terhadap alat tersebut. Perbedaan interpretasi itu mungkin disebabkan adanya istilah-istilah yang sulit dipahami. Untuk menghindarkan kesalahpahaman ini, perlu dilakukan percobaan terlebih dulu dan me­netapkan kriteria untuk mengontrol hasilnya.
Objektivitas juga diperlukan pada waktu membuat skor hasil tes. Guru harus menggunakan kriteria yang sama.
Efisiensi. Suatu alat evaluasi sedapat mungkin dipergunakan tanpa membuang waktu dan uang yang banyak. Ini tidak berarti, bahwa evaluasi yang memakan waktu, usaha dan uang sedikit dianggap alat evaluasi yang baik. Hal ini tergantung pada tujuan penggunaan alat evaluasi dan banyaknya siswa yang dinilai dan sebagainya.
Suatu alat evaluasi diharapkan dapat digunakan dengan sedikit biaya dan usaha yang sedikit, dalam waktu yang singkat, dan hasil yang memuaskan. Efisiensi dapat dicapai dengan cara :
Si penilai mampu memilih alat yang tepat untuk tujuan tertentu.
Si penilai dapat mempertimbangkan perlu tidaknya mempergunakan beberapa macam alat penilai.
Si penilai hanya memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan tujuan yang sama.
Kegunaan/Kepraktisan. Ciri lain dari alat evaluasi ialah useful­ness (harus berguna). Untuk memperoleh keterangan tentang siswa, sehingga guru dapat memberikan bimbingan sebaik-baiknya bagi para siswanya.