9.19.2013

Makna Ruku’ dalam Shalat

Sebagai seorang muslim yang selalu mendirikan shalat tentu tidak asing dengan salah bagian dari shalat tersebut, yakni ruku’. Dari segi bahasa, ruku’ berarti “merunduk”, ada yang mengartikannya “menunduk”. Secara istilah, ruku’ adalah merundukkan badan sehingga kepala sejajar dengan punggung seraya meletakkan kedua telapak tangan di atas kedua lutut.
Gerakan ruku’ dalam shalat disebut dengan jelas dalam Al-Qur’an surah al-Hajj ayat 77, “Hai orang-orang yang beriman, ruku’ dan sujudlah kamu.” Kemudian Rasulullah SAW mengingatkan pula kepada kaum muslimin untuk shalat dengan baik, sesuai sabdanya,  “Kemudian ruku’lah sehingga kamu bertuma`ninah dalam keadaan ruku’.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah) makna tuma’ninah di sini adalah gerakan tersebut dilakukan dengan tenang, khusyuk, dan tidak tergesa-gesa.
Karena begitu pentingnya makna gerakan ruku’ itulah, ruku’ mendapat perhatian langsung dari Allah dan Rasul-Nya. Sebab, ada keterkaitan yang mendalam terhadap penghambaan manusia dengan Rabb-nya. Tuhan Yang Mahaagung dalam  setiap ibadah yang dilakukan oleh hamba-Nya. Apa jadinya bila seseorang tidak tuma’ninah dalam melakukan gerakan shalat. Yang ada adalah, manusia tidak merasakan ke-Mahabesaran Allah Sang Pencipta Alam Semesta.
Rukuk adalah menunduk dengan lahiriahnya jasmani manusia. Sebelum kita benar-benar bersujud di hadapan Allah Sebagaimana rendahnya kita dibandingkan dengan Allah. Dengan demikian, sepurnanya ketundukan dalam rukuk merupakan ketundukan hati Kepada Allah dan Menghinakan diri kepada-Nya. Maka sempurnalah ketundukan hamba dengan batin dan lahiriah kepada Allah.
Salah seorang ahli hadits terkenal dari Albania, Syaikh al-Albani dalam buku Shifatu Shalat Nabi menyebutkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan an-Nasa`i, hadits ini disahihkan oleh al-Hakim dan disetujui oleh adz-Dzahabi, “Shalat salah seorang dari kalian tidak sempurna sehingga dia menyempurnakan wudhu sebagaimana yang diperintahkan Allah, kemudian bertakbir, bertahmid, dan memuliakan-Nya, membaca Al-Qur`an yang mudah baginya dari apa yang Allah ajarkan dan izinkan kepadanya, kemudian bertakbir dan ruku’, meletakkan kedua tangannya di atas kedua lututnya sehingga persendiannya tenang dan berada pada posisinya.”
Rasulullah SAW bersabda, “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat.” (HR. Al-Bukhari dari Malik bin al-Huwairits). Syaikh al-Albani dalam bukunya tersebut, menyebutkan sifat ruku’ Nabi saw, beliau berkata, “Nabi meletakkan kedua tangannya di atas kedua lututnya, beliau memantapkan kedua tangannya di atas kedua lututnya seolah-olah beliau menggenggamnya, beliau merenggangkan jari-jarinya, menjauhkan kedua sikunya dari pinggangnya, beliau membentangkan dan meluruskan punggungnya, sampai-sampai seandainya air dituang di atasnya niscaya ia akan diam, beliau tidak menundukkan kepalanya dan tidak mendongakkannya.”
Yang harus digaribawahi bagi setiap muslim dalam shalat adalah thuma’ninah dalam ruku’. Rasulullah SAW ruku’ dengan thuma`ninah, beliau memerintahkan orang yang shalat dengan keliru agar mengulangnya karena dia tidak berthuma`ninah, beliau mengumpamakan orang yang ruku’ tanpa thuma’ninah dengan ayam jantan yang mematok makanannya atau seperti burung gagak yang mematok bangkai, beliau menyatakan bahwa orang yang tidak menyempurnakan ruku’ dan sujud adalah pencuri terburuk. Semua ini menetapkan kewajiban thuma`ninah dalam ruku’.
Setelah ruku’ dilakukan dengan tuma’ninah kemudian bangkitlah. Ini dikuatkan dengan hadits Nabi, “Kemudian bangkitlah sehingga kamu berdiri dengan i’tidal.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah). Apabila Nabi SAW bangkit dari ruku’, beliau berdiri tegak sehingga setiap ruas tulang punggung kembali kepada posisinya.
Setelah membaca tulisan ini, coba Anda lakukan ruku’ yang tuma’ninah. Rasakan bahwa Allah SWT ada di hadapan Anda. Rendahkan diri Anda, bangkitkan rasa takut (khauf) di hadapan-Nya. Lakukan hal tersebut terus-menerus. Bila Anda sudah meyakini betul bahwa Allah adalah Rabb Pemilik Semesta Alam, niscaya meskipun Anda seorang yang kaya raya, memiliki jabatan tinggi, atau apa saja yang Anda miliki, pasti Anda akan menjadi manusia yang rendah hati dan merasa tidak memiliki apa-apa di dunia ini. Ketika Anda bersikap arogan dengan titipan yang Allah berikan di dunia kepada Anda, tentu shalat yang Anda lakukan setiap hari tidak akan berguna buat Anda di dunia terlebih di akhirat kelak. Wallahu’alam. (w-islam.com)

Sifat Sholat Nabi: 4. TATA CARA RUKU DAN BACAANNYA


Setelah membaca al-Qur’an, Beliau SAW diam sejenak. Lalu Beliau SAW mengangkat kedua tangannya sebagaimana yang telah dijelaskan pada penjelasan di depan dalam Takbiratul Ihram. Kemudian mengucapkan Allahu Akbar, lalu ruku.

A. Tata Cara Ruku
Rasulullah SAW meletakkan kedua telapak tangannya pada kedua lututnya . Beliau SAW memerintahkan sahabatnya melakukan yang demikian. Juga memerintahkan orang yang tidak benar sholatnya.
Kedua telapak tangan Beliau SAW tampak menekan kedua lututnya (seakan-akan mencengkram keduanya). Beliau SAW merenggangkan jari-jarinya. Lalu memerintahkannya kepada orang yang tidak benar sholatnya dalam sabdanya ”Jika engkau ruku letakkanlah kedua tangnmu di atas lututumu. Kemudian renggangkanlah jari-jarimu sampai tulang belakangmu menjadi mapan ditempatnya.” (HR Ibnu Khuzaimah & Ibnu Hibban). Beliau SAW merenggangkan kedua sikunya dari lambungnya. Ketika ruku Beliau SAW membentangkan dan meluruskan punggungnya sampai-sampai jika dituangkan air dari diatasnya tidak akan tumpah, Lalu, Beliau SAW bersabda kepada orang yang tidak benar sholatnya ”Jika engkau ruku, letakkanlah tangamu pada kedua lututmu. Lalu, bentanglah punggungmu dan tekanlah tanganmu dalam rukumu.” (HR Ahmad & Abu Daud). Rasulullah SAW tidak membungkuk terlalu kebawah dan tidak pula mendongakkan terlalu keatas. Akan tetapi tengah-tengah di antara keduanya.

B. Wajib Thumaninah Dalam Ruku
Beliau SAW dengan thumaninah (tenang) dan memerintahkan demikian kepada orang yang tidak benar sholatnya sebagaimana yang dijelaskan diatas. Sabda Beliau SAW ”Sempurnakanlah ruku dan sujudmu. Demi jiwaku yang berada dalam genggamanNya, sesungguhnya aku benar-benar melihat kamu dari balik punggungku saat kamu ruku dan sujud.” (HR Bukhari & Muslim).

Dalam riwayat Ath-Thayalisi dan Ahmad, Abu Hurairah berkata ”Kekasihku Rasulullah SAW melarangku bersujud dengan cepat seperti halnya ayam yang mematuk makanan, menoleh-nolah seperti musang dan duduk sepeti kera.” Rasulullah SAW juga bersabda ”Pencuri yang paling jahat adalah pencurian yang mencuri dalam sholatnya.” Para sahabat bertanya ”Wahai Rasulullah bagaimana yang dimaksud dengan
mencuri dalam sholat itu?” Rasulullah menjawab ”Yaitu orang yang tidak sempurna ruku dan sujudnya dalam sholat.” (HR Thabrani dan Hakim).
Ketika sedang sholat, Beliau SAW melirik orang yang sujud dan ruku dengan punggung tidak lurus. Usai sholat Beliau SAW bersabda ”Wahai kaum muslimin, sesungguhnya tidak sah sholat seseorang yang tidak meluruskan punggungnya dalam ruku dan sujud.” (HR Ibnu Majah &
Ahmad).

C. Bacaan-Bacaan Ruku
Dalam ruku Rasulullah SAW membaca bacaan yang beragam. Terkadang membaca sebuah bacaan dan di lain kesempatan membaca bacaan lain. Diantara bacaan Beliau SAW adalah

a. ”Sub hana rabbiyal’adhim” (3x) (”Mahasuci Tuhanku Yang Mahaagung”) (Dibaca 3 kali) (HR. Ahmad, Abu Daud & Ibnu Majah). Terkadang membacanya lebih dari 3 kali (yang menunjukkan lamanya sholat Beliau SAW). Bahkan pada suatu kali dalam sholat lail Beliau SAW membacanya dengan mengulang-ulang sehingga lama ruku’nya sama dengan lama berdirinya. Padahal Beliau membaca 3 surah panjang (al-Baqarah, an-Nisaa dan Ali Imran) diselingi dengan doa-doa dan istighfar.

b. ”Sub hana rabbiyal’adhimi wabihamdih” (3x) (”Mahasuci dan Mahaagung Allah, segala puji bagiNya”) (Dibaca 3 kali) (HR Abu Daud, Daruquthni, Ahmad & Thabrani).

c. ”Sub hanaka allahumma wabihamdika allahummagh firli” (”Mahasuci Engkau wahai Thuhan dan dengan memujiMu ampunilah aku”)
Rasulullah SAW memperbanyak dao ini dalam ruku dan sujudnya.

d. Dan lain-lain.

D. Larangan Membaca Al-Qur’an Saat Ruku
Beliau SAW melarang membaca al-Qur’an saat ruku dan sujud dalam sabdanya ”Ketahuilah sesungguhnya aku melarang bacaan al-Qur’an saat ruku. Hendalah kalian mengagungkan Tuhan Yang Mahaperkasa. Sedangkan dalam bersujud hendaknya bersungguh-sungguhlah berdoa karena doa itu tentu dikabulkan.” (HR Muslim & Abu Uwanah).

E. Bangun dari Ruku (I’tidal) dan Bacaannya Kemudian Rasulullah SAW bangkit dari ruku sambil mengucapkan ”Sami allahu liman hamidah”
(Allah mendengar ornag yang memujiNya”) (HR Bukhari & Muslim).
Beliau SAW memerintahkan demikian kepada orang yang tidak benar sholatnya dalam sabdanya ”Tidak sempurna sholat seseorang sehingga bertakbir. Kemudian ruku lalu mengucapkan Sami’a Allahu liman hamidah (Allah mendengar orang yang memujiNya) sampai berdiri dengan tegak” (HR Abu Daud dan Hakim) Ketika berdiri dengan tegak Beliau mengucapkan ”Rabbanaa walakal hamdu” (”Wahai Tuhan kami dan segala puji hanyalah milik-Mu”) (HR Bukhari dan Ahmad) Rasulullah SAW memerintahkan demikian kepada semua orang yang sholat, baik makmum maupun bukan makmum dalam sabdanya ”Sholatlah seperti kalian melihatku sholat” (HR Bukhari & Ahmad). Rasulullah SAW juga bersabda ”Sesungguhnya imam dijadikan tiada lain untuk diikuti. Jika imam mengucapkan ’Sami’a Allhu liman Hamidah’, maka ucapkanlah Allahumma walakal hamdu.’ Pasti Allah mendengar ucapan kalian. Sesungguhnya Allah berfirman melalui ucapan RasulNya, ’Sami’a Allahu liman Hamidah’.” (HR Muslim, Abu Uwanah, Ahmad & Abu Daud).
Penyebab masalah ini dipertegas dalam hadits lain ”Sesungguhnya barangsiapa yang ucapannya itu berbarengan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosa-dosa yang telah dilakukannya sebelumnya.” (HR Bukhari & Muslim). Rasulullah SAW mengangkat tangan saat berdiri i’tidal seperti telah dijelaskan pada takbiratul ihram didepan, dengan mengucapkan bacaan berikut :
1. ”Rabbanaa walakal hamdu” (HR Bukhari & Muslim). Masalah mengangkat tangan ini sanadnya benar-benar dari Rasulullah SAW. Pendapat ini juga diperkuat oleh jumhur ulama dan sebagian penganut mazhab Hanafi.
2. ”Rabbana lakal hamdu” (HR. Bukhari & Muslim).
3. ”Allahumma rabbana walakal hamdu” (HR Bukhari & Muslim)
4. ”Allahumma rabbana lakal hamdu” (HR Bukhari & Muslim).
5. Rasulullah SAW memerintahkan berbuat demikian dalam sabdanya ”Apabila imam mengucapkan ’Sami’a Allahu liman hamidah’ maka ucapkanlah ’Allahumma Rabbana lakal hamdu’. Barangsiapa yang ucapannya bersamaan dengan ucapan malaikat niscaya akan
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari & Muslim).
6. Terkadang Beliau SAW menambah dengan lafal ”Milussamawaati wamil ul ardli wamil umaasyikta min syai in ba’du.” (Mencakup seluruh langit dan bumi dan semua yang Engkau kehendaki selain dari itu.” (HR Muslim & Abu Uwanah).
7. Dan lain-lain.

F. Memperpanjang Berdiri I’tidal dan Kewajiban Thumuninah.
Lama berdiri i’tidal Rasulullah SAW sama seperti rukunya, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Bahkan kadang Rasulullah SAW berdiri lama sampai dianggap lupa oleh sahabatnya karena lamanya Beliau berdiri. Demikian yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Ahmad.
Rasulullah SAW bersabda ”Kemudian tegakkanlah kepalamu sampai engkau berdiri tegak (sampai semua tulang kembali menempati tempatnya masing-masing). (Dalam sebuah riwayat dikatakan : Apabila kamu berdiri i’tidal, maka tegakkanlah kepalamu sampai tulang-tulang
kembali kepada posisinya semula).” (HR Bukhari, Muslim, Hakim & Ahmad). Beliau juga bersabda ”Allah tidak akan melihat sholat seorang hamba yang tidak meluruskan tulang punggungnya antara ruku dan sujudnya.” (HR Ahmad & Thabrani)

Sudah Sempurnakah Ruku' dan Sujud dalam Sholat Kita??

Assalamu'alaikum..

Segala puji tak berujung hanya milik Allah swt, yang Maha mengatur segala mahlukNya lagi Maha menjamin rezki semua mahluk, Raja diatas segala raja. Siapa yang Allah swt tolong maka siapakah yang dapat menyesatkannya dan siapa yang Allah swt sesatkan maka siapakah yang dapat menolongnya.

Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan kita Baginda Rasulullah SAW, ahli keluarga beliau, para sahabat dan ummatnya yang senantiasa teguh menjalankan sunnah-sunnah beliau hingga hari kiamat.

Saudaraku seiman, tidak perlu dijleskan secara mendetail bagaimana posisi atau kedudukan sholat dalam Islam karena secara umum kita semua kurang lebih sudah paham bahwa sholat adalah tiangnya Agama, siapa yang mengerjakan maka ia menegakkan Agama, begitupula bagi mereka yang meninggalkannya maka dialah orang-orang yang bertanggungjawab atas runtuhnya Agama.

Sholat adalah media bagi kita yang ingin berbincang-bincang, berkeluh kesah, mengadukan permasalahan hidup, amalan dimana seorang hamba secara utuh bersyukur akan segala nikmat yang Dia berikan dan dengan shalat inilah Allah SWT akan memberikan rahmatNya kepada penghuni neraka, Allah SWT akan memerintahkan kepada malaikatNya untuk mengeluarkan dari neraka bagi orang-orang yang ada bekas sujudnya.

Dalam suatu dialog yang panjang antara Nabi SAW dengan sahabatnya, Rasulullah SAW bersabda :
"...Apabila Allah SWT ingin memberi rahmat kepada seseorang dari penghuni neraka yang dikehendakiNya, maka Allah memerintahkan para malaikat untuk mengeluarkan orang yang pernah menyembah Allah, lalu para malaikat mengeluarkan mereka dan para malaikat dapat mengenal mereka dengan bekas sujud. Dan Allah telah mengharamkan api neraka memakan bekas sujud. Kemudian mereka keluar dari api...dan dialah penghuni neraka yang terakhir kali masuk surga". (H.R Imam Bukhari, kitabul adzan, no : 806, Imam Muslim, kitabul iyman, no : 182).

Terlepas dari itu semua, timbullah pertanyaan "Apakah sholat yang kita kerjakan benar-benar sudah sesuai dengan apa yang Allah minta dan juga dicontohkan oleh baginda Rasulullah Muhammad?"

Hari ini banyak sekali kita temui seorang Imam dalam sholat yang mengerjakan sholat tapi terlihat seolah-olah melakukan gerakan senam kebugaran (ruku' dan sujud yang terlalu cepat)..walaupun terlepas dari salah satu kelebihan bahwasanya seseorang yang mengerjakan sholat akan mendapatkan kesehatan dari gerakan-gerakan yang terkandung didalamnya.

Sangat jarang dari ummat Islam sendiri yang mencari tahu bagaimanakah sebenarnya kesempurnaan/banyaknya bacaan dzikir yang kita baca pada saat ruku' dan sujud dalam sholat. Kita merasa cukup akan ilmu yang diajarkan (atau mungkin lebih tepatnya didoktrin) sewaktu kita masih kecil melalui buku kecil "Panduan Lengkap Sholat" yang asal usulnya entah dari mana.

Dalam kitab "Al-Futuhat Al Rabbaniyah" pada bab Adzkarir Rukui menjelaskan juga sebagaimana dalam kitab Nailul Authar bahwa bacaan ruku dan sujud dengan hanya tiga kali tasbih (Subhana Rabbiyal Adhim dan Subhana Rabbiyal a'la tiga kali), sanadnya tidak bersambung (isnaduhu laisa bimuttashil). demikian juga dalam kitab Subulussalam bab sifat shalat bagian ke-27. Abu Daud meriwayatkan Hadits Ibnu Mas'ud bahwa Nabi SAW bersabda: "Apabila ruku seseorang diantara kamu, maka bacalah tiga kali subhana rabbiyal adhim dan itu paling sedikit" Hadits tersebut diriwayatkan juga oleh Imam Tarmidzy dan Ibnu Majah, hanya saja Abu Daud mengatakan hadits itu mursal. Demikian juga menurut Imam Bukhari dan At-Tarmidzy.

Dijelaskan juga dalam kitab "Nailul Authar pada Babuz Zikri Firrukui Wassujudi" bahwa bacaan ruku' dan sujud dengan tiga kali tasbih, diterima dari Aum bin Abdullah bin Utbah, yang diterima dari Ibnu Masud dan keduanya tidak ketemu (hadits mursal) HADITS MURSAL TIDAK DAPAT DIJADIKAN DALIL DALAM URUSAN IBADAH.

Ada yang menilai shahih dengan hanya tiga kali tasbih, yaitu Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam kitab sifat shalat Nabi SAW namun beliau sendiri juga yang mendhaifkan pada kitabnya yang lain yaitu "Ashlu Shifati Shalatain Nabiy SAW" pada penjelasan tentang dzikir-dzikir ketika ruku. (Terjemahan Ashlu Shifati Shalatain Nabiy SAW jilid 2, halaman 312-321).

Bacaan tiga kali tasbih itu juga bertentangan dengan sejumlah ayat dalam Al-Qur'an dan Hadits Rasulullah SAW yang memerintahkan agar memantapkan ruku dan sujud serta memperbanyak dzikir.
"Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya".
(Q.S. Al-Ahzab (33) : 41)..
(Q.S. Ar-Ra'd (13) : 27-28)..
(Q.S Al-Hijr (15) : 98-99)..
(Q.S Asy-Syu'ara (26) : 217-219)

"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud". (Q.S Al-Fath (48) : 29)

Selain bacaan 3x tasbih yang derajat Haditsnya Mursal, jika diamalkan maka sholat akan kehilangan "Esensi"nya, malah terlihat seakan-akan seorang hamba yang malas bertemu dengan Allah dan ingin cepat-cepat menyelesaikan sholatnya, olehnya Allah menolak ibadah yang dilakukan dengan malas dan tidak disertai keikhlasan.
mereka tidak mengerjakan sholat, melainkan dengan malas (Q.S At-taubah (9) : 54)
Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas  (Q.S An-Nisa (4) : 142) 

Adapun do'a yang banyak dibaca Rasulullah SAW dalam ruku' dan sujudnya, maka Aisyah r.anhu berkata : "Adalah Rasulullah memperbanyak bacaan subhanaka allahumma rabbana wabihamdika allahummagfirly didalam ruku' dan sujud untuk memenuhi perintah Al-Qur'an (perintah Allah). (HR. Imam Muslim, kitabush shalah, no : 484).

"Sedekat-dekat seorang hamba kepada Tuhannya yaitu ketika ia sujud, maka perbanyaklah berdo'a di dalam sujud". (HR. Imam Muslim, kitabush shalah, no : 482).

Setelah kita membaca Ayat/Hadits disebutkan, maka timbul pertanyaan “Berapakah sebenarnya jumlah bacaan yang seharusnya?” .. Mengenai jumlahnya, berapa kali seharusnya, memang tidak ada keterangan namun Hudzaifah r.a menjelaskan bahwa : "..lama waktu ruku'...dan sujud, hampir sama dengan berdirinya. (HR. Imam Muslim, kitab shalatil musafiriyna wa qashriha, no : 772).

Al-Bara' bin Azib r.a mengatakan : "Aku pernah memperhatikan shalat Muhammad SAW aku dapati ternyata waktu berdiri, ruku', I'tidal setelah ruku', sujud awal, duduk diantara dua sujud, sujud kedua dan waktu duduk antara salam dan bangkit (setelah shalat usai) TERNYATA HAMPIR SAMA LAMANYA. (HR. Imam Muslim, kitabush shalah, no : 471).
  
Jika pada saat berdiri dalam shalat hanya membaca surah al-fatihah, Insya Allah sudah seimbang jika membaca :"Subhanaka Allahumma Rabbana Wabihamdika Allahummagfirly” hingga lima atau enam kali.
Tapi belum ditambah dengan bacaan surah pendek pada saat berdiri setelah membaca surah Al-Fatihah, sehingga ada kemungkianan waktu berdiri lebih lama, maka do'a/dzikir pada saat ruku’ dan sujud bisa lebih banyak. Tapi tentu saja dengan tetap memperhitungkan atau menyesuaian dengan kemampuan Makmum.

Hal ini sebagaimana yang telah diingatkan oleh Rasulullah SAW kepada sahabatnya yaitu Mu'adz yang membaca surah Al-Baqarah pada saat mengimami kaumnya untuk shalat isya. Rasulullah SAW mengingatkan dengan memerintahkan agar membaca surah-surah pendek. Cukup membaca... "Wasysyamsi waduhaha, wadh dhuha wal laili idza yagsya dan sabbihisma rabbikal a'la... (HR. Imam Muslim, kitabush shalat, no : 178).

Walaupun harus menyesuaikan dengan kemampuan jama'ah, tentunya kita harus tetap berpedoman pada tata cara yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW mengenai lama ruku’ dan sujud yang disesuaikan dengan lama berdiri.
"Dari Tsabit bin Al Bunani meriwayatkan dari Anas bin Malik r.a dia berkata : "Sesungguhnya aku tidak akan mengurangi lamanya (shalat ketika) mengimami kalian sebagaimana ketika Rasulullah mengimami kami". (HR. Imam Muslim, kitabush shalat, no : 472).

Jika dalam ruku' membaca : "Subhana Rabbiyal Adhim" dan dalam sujud membaca "Subhana Rabbiyal a'la, hendaknya dibaca sekitar sepuluh kali sebagaimana yang dijelaskan oleh Anas bin Malik r.a
Anas r.a berkata : "Aku tidak pernah shalat dibelakang salah seorang sesudah Rasulullah SAW yang shalatnya itu sangat menyerupai shalat Rasulullah SAW selain dari seorang anak muda ini, yaitu : "Umar bin Abdul Azis, ia (Anas) berkata, kami taksir dalam ruku'nya itu ia mengucapkan sepuluh kali tasbih. (Baca kitab Nailul Authar juz 11, hadits no : 738).

Seseorang yang melaksanakan sholat tapi tidak sempurna ruku’ dan sujudnya sangat perlu untuk berhati-hati, sebagaimana seseorang yang telah ditegur oleh sahabat Hudzaifah r.a..
Dari Hudzaifah r.a sesungguhnya dia pernah melihat seorang laki-laki yang tidak sempurna ruku' dan sujudnya, maka setelah orang itu menyelesaikan shalatnya, Hudzaifah memanggilnya lalu berkata kepadanya, engaku belum sholat danseandainya engkau mati, engkau mati dengan tidak mengikuti sunnah Muhammad SAW (HR. Imam Bukhari, kitabush shalat, no : 389).

Bagi yang tidak mengikuti sunnah Rasulull SAW, Allah SWT mengingatkan : "...maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul, takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa siksa yang pedih. ketahuilah sesungguhnya kepunyaan Allah-lah apa yang dilangit dan di bumi. (Q.S An-Nur (24) : 63).
(Q.S Al-Qalam (68) : 42-43)..
(Q.S Al-Ma'un (107) : 4-5)..
(Q.S Al-Hijr (15) : 92-93).

Ya Allah, lepaskanlah diriku dari tanggung jawab ilmu yang Engkau titipkan, karena saya telah berusaha menyampaikannya, terlepas dari Kuasa Engkau ingin memberikan Hidayah/Pemahaman kepada mereka yang saya sampaikan, itu semua adalah kehendakMu.

Tidak ada maksud kami selaku admin untuk mengajari siapapun yang terTag dalam artikel yang dibuat ini, karena kami tau dan sadar ilmu kami masih jauh bahkan sangat sedikit dibandingkan ilmu tuan-tuan..Olehnya Mohon maaf jika terdapat banyak kekurangan pada artikel ini karena ada benarnya datangnya dari Allah dan adapun kesalahan yang terdapat pada artikel ini datangnya dari kebodohan dan kekurangan dari ilmu kami pribadi, namun kami sangat berharap ditegur atau dikoreksi jika ada kekeliruan, tentu saja dengan melampirkan Ayat/Hadits yang kuat sebagai bantahan.

..Subhanallah wabihamdi AsyaduAllahilaha Illallah Anta Astagfiruka wa'atubu Ilaik Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..